Senin, 14 November 2011

Menyoal Jaminan Keamanan Konsumen Perbankan


Oleh I Putu Armaya.SH

Masih ingat lagu yang pernah didendangkan  Ayo pergi ke bank oleh Artis senior Titik Puspa dengan lirik sederhana ”bangbingbung bank ayo ke Bank,bangbingbung bank  ayo nabung ” tampaknya hanya menjadi slogan kosong belaka mengapa demikan  Bank Indonesia, dan sektor perbankan pada umumnya, rasanya kurang pantas untuk mengkampanyekan hal tersebut. Untuk apa pergi ke bank, kalau pada akhirnya uang konsumen justru tergerogoti habis, dan pihak bank tidak bisa berbuat apapun? Bahkan, dalam konteks yang lain, saldo konsumen pun justru “diamputasi ” oleh pihak bank itu sendiri? Faktanya, berdasar kasus yang menyeruak akhir-akhir ini, potret kinerja perbankan, yang berbasis pada trust (kepercayaan), justru sedang menggali kuburnya. Kampanye “ayo pergi ke bank” pun, tidak akan efektif. Apa sejatinya yang terjadi? Itulah potret buram konsumen perbankan kita akhir-akhir ini akibat kasus kasus pembobolan  Dana nasabah di Citibank.


Sabtu, 05 November 2011

Konsumerisme atau Konsumtivisme ?

     Tulisan ini memang sengaja penulis buat karena sampai saat sekarang penulis masih sering menjumpai kesalahan atau kekeliruan dalam mendefinisikan pengertian antara konsumerimsme  dengan konsumtivisme. Di masyarakat Indonesia hampir melekat sebutan orang ynag berprilaku boros adalah tindakan konsumerisme padahal yang benar adalah konsumtivisme dalam pengertian sederhana bahwa konsumerisme adalah gerakan yang patut di tiru dan konsumtivisme adalah tindakan yang tidak patut ditiru. Defenisi otentik dari konsumerisme antara lain disebutkan; Menurut Encyclopedia Britanica, Konsumerisme sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk kepentingan pihak pembeli.